Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Asia Tenggara: Apa yang Kita Ketahui dari Literatur?

|
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Asia Tenggara: Apa yang Kita Ketahui dari Literatur?

Tim peneliti dalam proyek SUNISEA meninjau literatur yang ada dari Asia Tenggara tentang pencegahan dan pengendalian dan mengekstraksi beberapa hal yang penting untuk diterapkan di SUNI-SEA.

Tembakau

Tingkat konsumsi tembakau sangat tinggi di negara-negara Asia Tenggara. Di Indonesia misalnya, 76% penduduk laki-laki merokok dan 13% diantaranya adalah remaja. Di Myanmar dan Vietnam, tingkat merokok sedikit lebih rendah, namun konsumsi tembakau masih menyebabkan jumlah kematian yang sangat besar setiap tahunnya yaitu antara 65.000 dan 75.000 di kedua negara. Memotivasi penduduk di Asia Tenggara untuk berhenti merokok berpotensi untuk menyelamatkan ribuan nyawa dan mengurangi pengeluaran kesehatan nasional yang diperlukan untuk mengobati kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular. Kami mengidentifikasi bahwa terdapat delapan intervensi dan program Kesehatan bagi individu dan komunitas yang berfokus pada pengurangan konsumsi tembakau. Intervensi individual menyediakan konseling secara individual atau pemberian insentif kepada individu, sedangkan intervensi komunitas atau suatu kelompok di klinik, sekolah dan rumah tangga menggunakan sesi kelompok atau insentif kelompok. Semua intervensi yang kami pelajari berhasil, tetapi dua intervensi memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi yaitu pemberian konseling di klinik (baik secara individu maupun dalam kelompok) dan yang lainnya adalah pemberian insentif keuangan. Kedua intervensi tersebut membutuhkan input keuangan atau sumber daya manusia yang tinggi tetapi tidak tervalidasi dalam hal efektivitas biaya.

 

Alkohol

Konsumsi alkohol sangat bervariasi di Asia Tenggara. Di Vietnam rata-rata konsumsi alkohol lebih dari 8 liter, di Myanmar kurang lebih lima liter alkohol dan di Indonesia kurang dari satu liter alkohol. Kami mengidentifikasi bahwa ada empat intervensi yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi alkohol ini, yaitu dua intervensi berupa intervensi tingkat individu dan terdiri dari konseling singkat di unit layanan primer. Dua intervensi lainnya termasuk sesi konseling kelompok, baik di universitas atau di lingkungan komunitas pedesaan. Kedua jenis pendekatan tersebut memberikan pengurangan yang signifikan dalam jumlah alkohol yang dikonsumsi. Sesi konseling yang lebih lama mengurangi jumlah alkohol yang dikonsumsi lebih dari sesi konseling singkat. Jika klien konseling diundang untuk menetapkan tujuan pengurangan alkohol mereka sendiri, hasilnya akan lebih berkelanjutan.

 

Diet tidak sehat dan aktivitas fisik

Overweight atau kegemukan di Vietnam ditemukan pada sekitar 18% populasi, di Myanmar pada sekitar 24% populasi dan di Indonesia pada sekitar 28% populasi. Mayoritas dari dua puluh studi yang kami identifikasi terkait dengan intervensi yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak melakukan aktivitas fisik. Pada akhirnya, beberapa intervensi ini bertujuan untuk menurunkan faktor risiko metabolik seperti tekanan darah, gula darah, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Secara keseluruhan, intervensi komunitas, seperti konseling kelompok komunitas dan program komunitas dalam berjalan kaki, lebih efektif daripada intervensi individu, seperti konseling individu atau pemantauan diri. Program pencegahan obesitas di sekolah juga cukup berhasil, tetapi hanya berfokus pada siswa. Hasilnya, baik dari komunitas maupun intervensi berbasis sekolah, hal ini menunjukkan bahwa sinergi muncul dalam kelompok atau komunitas yang tidak ditemukan dalam program berbasis individu. Dalam kelompok, orang saling mendukung untuk makan makanan yang sehat dan rajin berolahraga. Program yang kita dipelajari ini dapat mencapai tujuan terutama dalam perbaikan tekanan darah. Sedangkan kadar gula darah, berat badan dan IMT tidak banyak yang berubah. Orang lebih cenderung mengubah pola makan mereka daripada menjadi aktif secara fisik.

 

Skrining

Skrining untuk penyakit tidak menular berkembang lambat di Indonesia, Myanmar dan Vietnam serta masih menghadapi keterbatasan yang besar, hal ini menyebabkan diagnosis penyakit terlambat. Kebanyakan program skrining di tiga negara tersebut kini dikembangkan di bidang kanker serviks atau kanker payudara. Hanya ada beberapa program eksperimental yang lebih kecil dalam skrining untuk hipertensi dan diabetes. Di Indonesia, Posbindu berkembang sebagai program nasional. Namun, Survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa hanya seperempat orang yang dinyatakan positif diabetes dalam survei tersebut, yang sebelumnya pernah di skrining di Posbindu. Temuan menunjukkan bahwa banyak yang terlambat didiagnosis padahal mereka sudah sakit.
Bahkan ketika skrining kanker serviks tersedia, tingkat kehadiran atau partisipasi peserta cukup rendah. Memberikan informasi kepada individu yang berisiko dan mengingatkan mereka melalui panggilan telepon dapat meningkatkan skrining. Studi tentang skrining kanker payudara tidak menunjukkan dampak signifikan baik dari sesi edukasi maupun pemberian informasi.

 

Pendidikan kesehatan

Bagi orang yang terdiagnosis penyakit tidak menular (PTM), sangat penting untuk mematuhi pengobatan dan mengikuti pedoman tentang gaya hidup sehat, karena penyakit ini bersifat seumur hidup. Program pendidikan Kesehatan bagi penderita diabetes dapat membantu pasien untuk mengurangi tekanan darah mereka dan mengontrol kadar gula darah. Namun, informasi tersebut tidak membantu penurunan berat badan atau IMT yang signifikan. Pemberian informasi yang intensif melalui konseling individu, edukasi tatap muka dan panggilan telepon, tampaknya memiliki dampak positif yang lebih besar daripada sekedar memberikan materi informasi seperti brosur. Selain itu, peningkatan kesejahteraan pasien dapat dilakukan dnegan memberikan informasi kepada anggota keluarga pasien dan mengajari mereka bagaimana memberikan dukungan kepada pasien.

 

Mengorganisir dukungan

Penyakit tidak menular membutuhkan pemeriksaan rutin, apakah pasien minum obat dan mengikuti anjuran dalam mengatur gaya hidupnya. Selain itu, pemeriksaan gula darah atau tekanan darah harus dilakukan dari waktu ke waktu.Nasihat medis dan psikologis tambahan membantu meningkatkan indikator metabolisme dan mengurangi keparahan penyakit pasien diabetes dan kardiovaskuler. Dalam beberapa kasus, apoteker komunitas dapat berhasil dilibatkan. Namun, tindak lanjut lainnya kurang berhasil, misalnya panggilan telepon biasa.